Senin, 13 Agustus 2007

Tentang Freeware dan Opensource

Terlepas dari strategi marketing para vendor (karena freeware merupakan software dengan batasan fitur dari software yang proprietary), jelas freeware tetap menguntungkan penggunanya. Untung karena kita tidak harus mengeluarkan uang untuk memakainya. Untung karena kita bisa mengambil manfaat darinya secara bebas tanpa ada tuntutan hukum apapun karena legal.

Sebagai pemakai freeware, sadar atau tidak sadar kita telah memilih jalan proletar! Freeware dalam lisensinya tersebut “free of charge” yang berarti free tanpa dibeli tapi juga free tanpa jaminan support dari vendor. Itu berarti sebagai pemakai harus benar2 menguasai dan mengendalikan software tersebut dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Bila menginginkan lebih dari itu, Anda harus membelinya dengan biaya yang telah ditentukan oleh vendor. that’s the rule!

Biasanya para pemakai membentuk sebuah komunitas yang berguna untuk mengisi hilangnya support tadi. Karena sebagai komunitas, tentunya ada rasa berbagi dan rasa memiliki sebagai sesama pemakai software yang sama.

Memilih untuk menggunakan dan tidak menggunakan software proprietary, tidak hanya soal pilihan cost atau biaya, tapi juga ideologi (nilai-nilai). Kenapa? Mari saya tambahkan kutipan sebuah tulisan dari I Made Wiryana (dedengkot Linux Indonesia) dengan judul “GNU/Linux bukan sekedar suatu sistem operasi alternatif”. Disitu Pak Made mengutip sebuah tulisan, sebagai berikut:

“Sekali orang telah memanfaatkan suatu teknologi sebagai alat bantu secara ekstensif, maka teknologi itupun berarti “telah'’ menggunakan orang tersebut. Sehingga ini merubah pola pandangan manusia terhadap realita pula. (Rawlins, 1996). Seperti yang diungkapkan oleh Neil Postman dalam Technopoly, setiap perangkat bantu selalu datang bersama dengan “embedded ideology'’ tertentu.”

Ideologi (nilai-nilai) yang dibawa oleh freeware dan opensource menurut saya antara lain:
1. persamaan bagi pemakainya, tanpa membedakan status sosial, gender, ras, agama, ideologi. siapapun boleh menggunakannya. legal!
2. penolakan terhadap kekuasaan yang melulu bisnis (kapital)
3. kemerdekaan untuk memanfaatkan sesuatu yang terbatas menjadi tanpa batas
4. kebebasan untuk memilih
5. kemandirian dan kreatifitas

Kalau mau konsisten, sebagai pemakai freeware hendaknya kita semua memahami, meresapi dan menjunjung tinggi nilai2 tersebut diatas. Merubah attitude. Freeware bukan sekedar kita gak punya duit untuk membeli versi fullnya. Tetapi lebih dari itu! menggunakan freeware berarti sejatinya bukan hanya menggunakannya dengan as is (apa adanya), tapi juga merubah cara pandang, pola pikir dan attitude penggunanya.

tanya, kenapa?

Tidak ada komentar: