Senin, 13 Agustus 2007

Open Source vs Freeware

Dalam dunia software, istilah free software lebih dimaknai sebagai “perangkat lunak bebas” ketimbang “perangkat lunak gratis”. Alasannya, istilah “gratis” biasanya hanya mengacu pada harga, bukannya kebebasan. Kebebasan dalam hal ini meliputi kebebasan untuk menjalankan suatu program untuk tujuan apa saja, kebebasan untuk mempelajari bagaimana program itu bekerja serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, kebebasan untuk menyebarluaskan kembali hasil salinan program tersebut sehingga dapat membantu sesama pengguna, dan yang terakhir adalah kebebasan untuk meningkatkan kinerja program, dan dapat menyebarkannya ke khalayak umum sehingga semua menikmati keuntungannya. Untuk mewujudkan semua itu, setiap perangkat lunak yang dinyatakan sebagai perangkat lunak bebas wajib disebarluaskan dibawah lisensi General Public License (GPL).

Konsekuensinya, agar dapat disebut sebagai perangkat lunak bebas (free software), sebuah perangkat lunak harus menyediakan kode sumber (source-code) yang dapat diakses dan dimodifikasi oleh penggunanya. Yang disebut dengan kode sumber disini adalah kode-kode dalam bahasa pemrograman yang membentuk perangkat lunak bersangkutan sebelum perangkat lunak tersebut di-compile. Perangkat lunak semacam ini lantas disebut sebagai perangkat lunak open source.

Free software tidak sama dengan perangkat lunak shareware maupun freeware. Walaupun tersedia secara gratis, shareware dan freeware jelas bukan perangkat lunak bebas. Para pembuat shareware sebenarnya sama sekali tidak berniat untuk menggratiskan software buatannya. Mereka cuma memberi kesempatan kepada user untuk mencoba selama periode tertentu untuk kemudian memutuskan apakah akan membeli versi komersialnya atau sama sekali tidak menggunakan program tersebut. Sementara itu, para pembuat freeware memang menggratiskan program buatannya, tapi mereka rata-rata tidak menyediakan source code, yang berarti mereka tidak menyediakan akses bagi penggunanya untuk melakukan modifikasi terhadap program untuk menyesuaikan dengan kebutuhannya. Ini jelas bertentangan dengan prinsip perangkat lunak yang sudah disinggung diatas.

Open Source dan Free Software

Satu hal yang sering rancu adalah pengertian antara open source dan free software (perangkat lunak bebas). Kadang-kadang kita menemui kedua istilah ini dicampur adukkan, padahal keduanya adalah hal yang berbeda.Boleh-boleh saja sebuah perangkat lunak open source diaku sebagai free software, tapi masalahnya bukan apakah kode sumber dibuka atau tidak, tapi lebih dari itu, apakah kode itu tersedia secara bebas atau tidak. FreeBSD misalnya, adalah perangkat lunak open source, tapi bukanlah free software, setidaknya kalau kita mengacu pada definisi GPL. Ini karena walaupun kode sumber untuk FreeBSD memang tersedia, namun hanya untuk kalangan terbatas. Kode ini juga tidak bebas untuk dikembangkan sesuka hati oleh penggunanya. Ketersediaan kode sumber disini sebenarnya semata-mata untuk alasan kemudahan bagi developer untuk mengembangkan perangkat lunak untuk OS bersangkutan. Sebaliknya, OS semacam Linux adalah free software yang definitif karena kode sumbernya selain terbuka, juga dapat dimodifikasi maupun ditingkatkan oleh penggunanya sendiri (bukan hanya untuk developer).

Di pihak lain, walaupun sifatnya “free”, ini tidak berarti selamanya Linux tersedia secara gratis, karena beberapa paket distrubusi (distro) Linux dikemas sebagai paket komersial dimana pengguna harus membayar biaya lisensi untuk bisa menggunakannya secara legal. Sebaliknya, FreeBSD yang walaupun bukan free software, justeru tersedia secara gratis untuk digunakan oleh siapa saja tanpa perlu dipusingkan soal lisensi.

Proyek GNU bentukan Richard Stallman merupakan contoh yang relevan dari perangkat lunak bebas. Stallman mulai mencanangkan gerakan software bebas (free software movement) pada 1983, saat ia mengumumkan rencananya untuk menulis software kompatibel UNIX yang disebut GNU (yang merupakan akronim rekursif dari GNU’s Not UNIX) dan mengedarkannya secara gratis untuk publik.

Sebagaimana FreeBSD yang merupakan pengembangan dari keluarga Unix BSD, maka OS Linux yang populer itu sebenarnya merupakan turunan yang paling populer dari GNU. Linux Torvalds menciptakan Linux sebagai sebuah kernel dari GNU. Karenanya, walaupun sistem operasi buatannya ini sering dirujuk sebagai “Linux” saja, sebetulnya ia lebih tepat jika disebut sebagai sistem GNU/Linux. Dilain pihak, kernel GNU yang ditulis oleh Stallman – disebut Hurd, atau tepatnya GNU/Hurd – sampai saat ini masih dikembangkan dan belum kunjung selesai (!).

Kesimpulannya, istilah free software maupun open source sebenarnya tidak berkorelasi langsung dengan masalah harga. Ini cuma persoalan ketersediaan kode sumber dan bagaimana hak pengguna terhadap kode sumber bersangkutan. Untuk ukuran pengguna kebanyakan (bukan programmer/developer), urusan ini jelas bukan sesuatu yang signifikan.

OSI dan FSF

Ketersediaan kode sumber untuk diakses publik tidak serta merta membuat suatu software berhak menyandang sebutan open source. Ini kalau kita menggunakan definisi open source versi Open Source Initiative (OSI), sebuah lembaga nonprofit. Definisi formal dari open source menurut versi OSI diantaranya adalah, apabila setiap orang memiliki hak untuk memodifikasi dan me-redistribusi kode program berikut program jadinya.

Definisi OSI ini sebenarnya secara umum sama dengan definisi free software dari Free Software Foundation (FSF) bentukan Richard Stallman, yang diwujudkan dalam apa yang disebut sebagai General Public License (GPL) itu. Sebagai informasi, FSF adalah organisasi utama dimana proyek GNU bernaung. Sebagai sebuah organisasi nirlaba, FSF memiliki misi untuk menciptakan Perangkat Lunak Bebas dalam artian bebas untuk digunakan, dipelajari, disalin, diubah, dan diedarkan, serta untuk membela hak para pengguna perangkat lunak bebas.

OSI sendiri akhirnya memisah dari FSF pada 1998, saat mana mereka mulai mengadopsi label open source. Alasannya adalah karena terminologi open source dianggap kurang bermuatan ideologis ketimbang free software. Kelompok ini meyakini bahwa frase open source memiliki daya tarik yang lebih besar bagi kalangan bisnis, kendati sebenarnya software tersebut dikembangkan dengan pendekatan yang kurang lebih serupa seperti model pengembangan pada FSF. Sejak itu pula, kedua gerakan ini memisah secara filosofi. OSI cenderung menempatkan diri dalam kaitan pengembangan software, sedangkan FSF memposisikan kelompoknya sebagai sebuah gerakan sosial.

Tentang Freeware dan Opensource

Terlepas dari strategi marketing para vendor (karena freeware merupakan software dengan batasan fitur dari software yang proprietary), jelas freeware tetap menguntungkan penggunanya. Untung karena kita tidak harus mengeluarkan uang untuk memakainya. Untung karena kita bisa mengambil manfaat darinya secara bebas tanpa ada tuntutan hukum apapun karena legal.

Sebagai pemakai freeware, sadar atau tidak sadar kita telah memilih jalan proletar! Freeware dalam lisensinya tersebut “free of charge” yang berarti free tanpa dibeli tapi juga free tanpa jaminan support dari vendor. Itu berarti sebagai pemakai harus benar2 menguasai dan mengendalikan software tersebut dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Bila menginginkan lebih dari itu, Anda harus membelinya dengan biaya yang telah ditentukan oleh vendor. that’s the rule!

Biasanya para pemakai membentuk sebuah komunitas yang berguna untuk mengisi hilangnya support tadi. Karena sebagai komunitas, tentunya ada rasa berbagi dan rasa memiliki sebagai sesama pemakai software yang sama.

Memilih untuk menggunakan dan tidak menggunakan software proprietary, tidak hanya soal pilihan cost atau biaya, tapi juga ideologi (nilai-nilai). Kenapa? Mari saya tambahkan kutipan sebuah tulisan dari I Made Wiryana (dedengkot Linux Indonesia) dengan judul “GNU/Linux bukan sekedar suatu sistem operasi alternatif”. Disitu Pak Made mengutip sebuah tulisan, sebagai berikut:

“Sekali orang telah memanfaatkan suatu teknologi sebagai alat bantu secara ekstensif, maka teknologi itupun berarti “telah'’ menggunakan orang tersebut. Sehingga ini merubah pola pandangan manusia terhadap realita pula. (Rawlins, 1996). Seperti yang diungkapkan oleh Neil Postman dalam Technopoly, setiap perangkat bantu selalu datang bersama dengan “embedded ideology'’ tertentu.”

Ideologi (nilai-nilai) yang dibawa oleh freeware dan opensource menurut saya antara lain:
1. persamaan bagi pemakainya, tanpa membedakan status sosial, gender, ras, agama, ideologi. siapapun boleh menggunakannya. legal!
2. penolakan terhadap kekuasaan yang melulu bisnis (kapital)
3. kemerdekaan untuk memanfaatkan sesuatu yang terbatas menjadi tanpa batas
4. kebebasan untuk memilih
5. kemandirian dan kreatifitas

Kalau mau konsisten, sebagai pemakai freeware hendaknya kita semua memahami, meresapi dan menjunjung tinggi nilai2 tersebut diatas. Merubah attitude. Freeware bukan sekedar kita gak punya duit untuk membeli versi fullnya. Tetapi lebih dari itu! menggunakan freeware berarti sejatinya bukan hanya menggunakannya dengan as is (apa adanya), tapi juga merubah cara pandang, pola pikir dan attitude penggunanya.

tanya, kenapa?

Rabu, 01 Agustus 2007

Selamat Tinggal , "free software"; halo, "open source"

Ini adalah ajakan awal untuk komunitas agar memulai menggunakan isitlah "open source" yang saya sampaikan pada tanggal 8 february 1998.Event ini tercantum di paragraf pertama pada tanggal 23 januari saat Pengumuman dari release source kode Mozilla. Karena ini adalah dokumen sejarah,Saya tidak mengatur ulang agar sesuai dengan tampilan web saya. Walaupun demikian,dokumen ini telah di konversi ke XHTML dari HTML klasik.kecuali untuk kotak abu-abu dan tanggal RCS di bagian bawah tetap terlihat cantik seperti apa adanya

Setelah pengumuman Netscape terjadi pada Januari Saya tidak banyak berpikir tentang fase selanjutnya --tekanan yang serius untuk mendapatkan "free software" di terima di perusahan utama dunia. Dan saya menyatakan kita punya masalah serius tentang "free software " itu sendiri

Khususnya,kita punya masalah dengan istilah "free software", itu sendiri,bukan di konsepnya.Saya merasa lebih nyaman jika istilah itu diganti.

Masalahnya pada hal ini ada dua sisi.Pertama,hal ini membingungkan; istilah "free" sangatlah ambigu.(kadang propaganda Free Software Foundation harus bergulat dengan terus menerus).Apakah "free" berarti "Tidak membutuhkan biaya?" atau ini berarti "bebas untuk di ubah oleh siapapun",atau berarti lainnya?

Yang kedua,Istilah tersebut membuat banyak perusahan menjadi tidak percaya diri, walaupun yang ini,secara intrinsik tidak mengganggu saya akhir akhir ini,kita sekarang punya ketertarikan pragmatis dalam mengubah orang orang ini dari pada menunjuk hidung kita pada mereka.Disana sekarang kita ditantang untuk membuat tawaran serius di bisnis utama dunia tampa mengkompromikan idealisme dan komitmen kita untuk kecerdasan teknik--jadi ini saatnya untuk mengambil alih.Kita butuh sebuah istilah baru dan label yang lebih baik.

Saya menyerukan ini dengan beberapa fans linux di silicon valley (termasuk Larry Augustin dari Linux international board directors) hari sesudah pertemuan saya dengan netscape (5 febuary). Kami membuang dan mengabaikan beberapa alternatif,dan kami datang dengan sebuah label pengganti yang kami semua menyukainya :"open source "

Kami yakin bahwa dimanapun kita sebagai sebuah budaya yang sebelumnya berbicara tentang "free software ",Label seharusnya diubah menjadi "open source".Software Open-source. Model Open source.Budaya open source.Panduan Opensource debian.(untuk pitching ini ke perusahaan dunia saya juga membangkitkan ide dari "peer review" cukup banyak)

Dan,Kita seharusnya menjelaskan kepada publik tentang alasan dari perubahan. Linus Torvalds sudah berkata di "World Domination 101" bahwa budaya open-source membutuhkan usaha yang serius untuk mengambil desktop dan memasuki perusahan perusahan besar. Tentunya dia benar -- dan pelabelan ulang ini,seperti yang disetujui linus,adalah bagian dari proses.Hal ini menyatakan bahwa kita akan bekerja dengan dan co-opt/aturan pasar untuk tujuan kita sindiri,dari pada tetap terjepit di sebuah marginal,posisi adversarial.

Pelabelan ulang ini sudah meraih banyak dukungan (dan penentang) di di budaya hacker.pendukungnya termasuk linus sendiri,John "maddog" Hall, Larry augustin,bruce Perens dari debian, Phil Hughes dari Linux journal. Penentangnya termasuk Richard stallman,yang mempunyai ide awal tapi sekarang berpikir bahwa "open source "tidaklah murni lagi.

Bruce perens sudah menerapkan dalam mendaftarkan "open source " sebagai merek dagang dan memegangnya lewat software di keminatan public.Kondisi Merek dagang yang di kenal sebagai "Open source Definition",intinya sama dengan Panduan software bebas Debian.

Waktunya sangat mendesak.Netscape mengubah segalanya.Kita sudah mematahkan tirai kecil yang kita sudah didalamnya selama 20 tahun.Sekarang kita di permainan yang benar-benar baru sekarang,lebih besar dan lebih menarik tentunya-- dan satu hal yang saya pikir kita bisa menang.

(Sebuah catatan tentang penggunaan.Berdasarkan bahasa inggris praktis,istilah "open source" berdiri sendiri,tapi "open-source" digunakan sebagai sebuah kata sifat atau di gabung ;seperti ,"open-source software")

(Ya,Kita berhati hati dari arti khusus dari "open source " di komunitas cerdas,Ini adalah feature,bukan bug.)

Anda dapat membaca Terjemahan bahasa cina dari dokumen ini.

naskah asli dari dokumen ini bisa anda baca di ESR's homepage.